Halaman
29
Agama dan Perilaku Keagamaan
Saya ingin mempelajari keragaman
agama dan kepercayaan yang ada di
Indonesia.
Saya akan membedakan konsep
agama bumi dan agama wahyu.
Saya akan mengidentifikasi agama
dan kepercayaan yang ada di
Indonesia.
Saya akan mendeskripsikan dampak
perilaku keagamaan bagi masyarakat.
Akhirnya saya berharap bisa mengem-
bangkan hidup rukun dalam keaneka-
ragaman agama dan kepercayaan.
30
ANTROPOLOGI Kelas XII
Beribadahkah kamu setiap hari dengan sebaik-baiknya? Ataukah
melakukan ibadah hanya pada waktu kamu merasa sedih atau dalam
keadaan sakit? Ataukah beribadah hanya pada waktu hari besar
keagamaan tiba? Sudahkah kamu membuat janji dengan dirimu sendiri
untuk selalu berbuat baik sebagaimana diperintahkan di dalam
agamamu? Percayakah kamu pada agama? Mengapa kamu memercayai
agama? Apakah sebenarnya agama itu? Kacamata antropologi akan
mengupasnya pada bab ini.
Sumber:
Tempo, 20 Agustus 2000
Salah satu contoh perilaku keagamaan.
31
Agama dan Perilaku Keagamaan
A. Konsep Agama dan Religi
Kamu tentu menganut sebuah agama. Bahkan mungkin kamu juga
sudah terbiasa mengikuti dan menjalankan berbagai ajaran agama yang
kamu anut. Namun, tahukah kamu apakah yang disebut dengan agama
itu? Apakah semua orang yang ada di sekitarmu juga memiliki agama
yang sama dengan yang kamu anut? Untuk bisa menjawabnya, silakan
ikuti pembelajaran berikut ini.
1. Konsep Agama
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya untuk mengetahui
definisi mengenai agama. Definisi agama ada bermacam-macam,
tergantung sudut pandang yang dipergunakannya. Geertz, seorang
antropolog Amerika mengatakan bahwa agama adalah sebuah sistem
simbol, sarana yang dipakai untuk membangun suasana hati dan
motivasi yang kuat dan tahan lama di dalam diri manusia, rumusan
konsepsi tatanan kehidupan, konsepsi suatu aura faktual, dan sarana
untuk membuat suasana hati dan motivasi tampak realistik secara unik.
Ia selanjutnya mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem kultur.
Adapun
Edward Burnett Tylor
mengatakan bahwa agama adalah
kepercayaan pada makhluk-makhluk spiritual.
Lebih lanjut
dikatakannya bahwa agama adalah budaya primitif. Menurutnya,
tahap
awal agama adalah kepercayaan animisme, yakni alam memiliki jiwa.
Pemujaan terhadap orang mati, pemujaan kepada para leluhur atau
nenek moyang.
Sementara itu,
Durkheim
mengatakan bahwa
agama
adalah
hal
yang berkenaan dengan yang sakral dengan yang sosial.
Hal yang paling
elementer di dalam agama adalah totemisme. Totem adalah
objek
penyembahan, tetapi bukan dewa.
Totem tidak menimbulkan ketakutan
agama alam, agama wahyu,
religi, kepercayaan, animis-
me, dinamisme, magi, sesaji,
perilaku keagamaan, suku
bangsa
Dampak perkembangan
seni di Indonesia
Ciri dan karakteris-
tik agama bumi dan
agama wahyu.
Agama dan Perilaku
Keagamaan
Agama/religi dan
kepercayaan yang
berkembang di
Indonesia.
Fungsi agama/religi
dan kepercayaan
bagi individu dan
masyarakat.
32
ANTROPOLOGI Kelas XII
atau kehormatan, bahkan secara primitif tidak didiami oleh roh.
Namun, totem memiliki sifat sosial. Totem adalah simbol suatu suku
bangsa.
Berlainan dengan
Freud
dan
Marx
, dikatakannya bahwa
agama
adalah
kepercayaan kepada para dewa.
Evan Pritchard
dan
Geertz
mengatakan bahwa
agama
adalah
hubungan yang tepat dengan wilayah
mistik yang terletak di balik dan di luar kehidupan biasa.
Dikutip dari
Antropolog Haviland,
agama
adalah
kepercayaan dan pola perilaku
yang diusahakan oleh manusia untuk menangani masalah-masalah
penting yang tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan teknologi
dan teknik organisasi sehingga akhirnya berpaling kepada manipulasi
makhluk dan kekuatan supranatural.
2. Ciri Agama
Kamu telah mampu mendeskripsikan apa pengertian agama. Para
ahli memang memiliki definisi sendiri-sendiri tentang agama. Bahkan
kamu pun bisa memberikan definisi tentang agama. Sebagai panduan,
kamu bisa mengenali ciri-ciri sebuah agama dari hal-hal sebagai
berikut.
Pertama
, terdiri atas ritual.
Kedua
, ada doa,
nyanyian, tarian, sesaji, dan kurban.
Ketiga
, ada usaha
manusia untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan
supernatural untuk kepentingannya sendiri; seperti dewa,
dewi, arwah leluhur, roh, kekuatan impersonal.
Keempat
,
ada orang tertentu yang memiliki pengetahuan khusus
untuk berhubungan dengan makhluk dan kekuatan gaib.
Menurut
Daniel Lerner
, cepat atau lambat masyarakat
akan menuju pada kehidupan modern. Penyebab hal
tersebut diperkirakan oleh media massa yang dengan
mudah mempengaruhi manusia berubah dari masyarakat
tradisional menuju modern.
Mannhardt
mengatakan bahwa
bentuk mitologi lebih sederhana adalah ritus-ritus dan
kepercayaan para petani seperti hantu-hantu tanaman, roh-
roh gandum, dan roh-roh pepohonan.
Ada dua jenis agama yang ada di muka bumi ini. Kedua jenis agama
tersebut adalah agama bumi dan agama wahyu. Mari kita deskripsikan
bersama.
a. Agama Bumi
Agama bumi tidak mengenal surga dan neraka, yang ada
hanyalah hidup dan mati. Nirwana pun hanya ada dalam
kehidupan.
R.M. Lowie
mengatakan bahwa agama primitif
dipengaruhi dan ditentukan bentuknya oleh kesadaran tentang
adanya hal yang misterius, supernatural, dan sesuatu yang luar
biasa.
Di dalam agama primitif, terdapat ritual magis yang secara
psikologis berkaitan dengan peristiwa kerasukan, memercayai
kekuatan supranatural mampu mengubah dunia.
b. Agama Wahyu
E.E. Evans
Pritchard
mengatakan bahwa awal munculnya
agama adalah dari Tuhan bersamaan dengan diciptakannya
manusia pertama yang juga bertindak selaku nabi, yaitu Adam.
Dikutip dari
Pritchard
, yang disebut dengan
wahyu
bukanlah suatu
Sumber:
Kompas, 4 April 2004
Gambar 2.1
Sesaji
33
Agama dan Perilaku Keagamaan
khayalan atau imajinasi, atau bahkan intuisi. Wahyu adalah
firman
Tuhan tentang diri-Nya, ciptaan-Nya, relasi antara keduanya, serta
jalan menuju keselamatan yang disampaikan Nabi dan Rasul
pilihan-Nya direpresentasikan melalui kata-kata dan disampaikan
kepada Nabi kepada umat manusia melalui bentuk bahasa yang
bersifat baru, mudah dipahami tanpa kerancuan (confusion)
dengan subjektivitas dan inagurasi kognitif pemikiran Nabi.
Dikutip dari
van Baal
,
wahyu
adalah
sesuatu yang datang dari
Tuhan atau dari dewa-dewa, jadi hal yang tidak dapat dijangkau
oleh daya pikir manusia.
3. Konsep Religi
Sementara itu,
religi
memiliki pengertian yang senada dengan
agama. Dikutip dari
J. van Baal
, religi adalah
semua gagasan yang
berkaitan dengan kenyataan yang tidak dapat ditentukan secara empiris
dan semua gagasan tentang perbuatan yang bersifat dugaan semacam
itu, dianggap benar.
Dengan demikian, surga atau neraka dianggap
benar adanya meski tidak dapat dibuktikan keberadaannya.
Religi itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan nilai susila yang
agung. Religi itu memiliki nilai, dan bukannya sistem ilmu pengetahu-
an. Religi juga sesuatu yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan
rasio. Religi menyangkut pula masalah yang dimiliki manusia. Religi
sangat mempercayai adanya Tuhan, hukum kesusilaan, dan roh yang
abadi.
Spencer mengatakan bahwa awal mula munculnya
religi adalah karena manusia sadar dan takut akan maut.
Berikutnya terjadi evolusi menjadi lebih kompleks dan
terjadi diferensiasi. Diferensiasi tersebut adalah
penyembahan kepada dewa; seperti dewa kejayaan, dewa
kebijaksanaan, dewa perang, dewa pemelihara, dewi
kecantikan, dewa maut, dan lain sebagainya.
Di dalam religi juga muncul yang disebut dengan
Fetiyisme.
De Brosess mengatakan bahwa fetiyisme adalah
pemujaan kepada binatang atau barang tak bernyawa yang
dijadikan dewa.
Sementara itu kepercayaan akan kekuatan
suatu benda yang diciptakan oleh ahlinya disebut dengan
Feitico
atau azimat. Orang-orang yang berlayar banyak yang
mengenakan azimat ini agar dapat selamat kembali ke darat.
Sumber penting di dalam religi adalah adanya empat hal yang
muncul yang berkaitan dengan perasaan; yakni takut, takjub, rasa
syukur, dan masuk akal. Di dalam perkembangannya, animisme
berubah menjadi politeisme, dan lalu berubah menjadi monoteisme.
Banyak istilah yang kemudian muncul berkenaan dengan adanya
sistem religi. Istilah yang kerap muncul di dalam religi adalah Tuhan,
dewa, dewi, malaikat, roh, jin, iblis, setan, hantu, peri, raksasa, momok,
roh, nyawa, orang mati, syamanisme, monoteisme, politeisme, ateisme,
kesurupan, kerasukan, wahyu, pendeta, guru, nabi, pengkhotbah,
dukun, ahli sihir, intuisi, pertanda, ramalan, animisme, totemisme,
meditasi, puasa, mana, tabu, sakral, najis, kudus, duniawi, dan
seterusnya. Jika dicermati, istilah-istilah tersebut memiliki hal yang
agung, gaib, suci, menakutkan, dan tak kasat mata.
Sumber:
ias.berkeley.edu
Gambar 2.2
Patung Dewa Brahmana
34
ANTROPOLOGI Kelas XII
R.R. Marret mengatakan bahwa animisme bukan tahap awal suatu
agama, melainkan
pra-animisme
. Pra-animisme; yakni animatisme.
Dikutip dari Marret,
animatisme
adalah
pengalaman tentang kekuatan
yang impersonal; yaitu suatu kekuatan yang supranatural yang tinggal
di dalam orang-orang tertentu, binatang tertentu, dan di dalam benda-
benda yang tak berjiwa.
Kekuatan tersebut dapat berpindah. Kekuatan
ini disebut dengan
mana.
Orang-orang primitif memiliki perasaan bahwa ada sesuatu
kekuatan gaib pada orang-orang dan benda-benda tertentu. Ada dan
tidak adanya perasaan tersebut yang kemudian memisahkan antara
yang suci (
ukhrowi
) dengan duniawi; dunia gaib dengan dunia sehari-
hari. Dari hal tersebut muncul dengan yang dinamakan takwa. Dikutip
dari Pritchard, takwa adalah
suatu gabungan dari rasa takut, damba,
kagum, tertarik, hormat, bahkan mungkin cinta.
Spencer
mengatakan bahwa religi muncul karena manusia sadar
dan merasa takut akan adanya maut, berevolusi kepada yang lebih
kompleks menjadi penyembahan terhadap dewa maut, dewa perang,
dewi kecantikan, dewa laut, dan sebagainya.
E.B. Tylor
mengatakan
bahwa bentuk religi yang tertua adalah penyembahan kepada roh-roh
yang merupakan personifikasi dari jiwa orang-orang yang telah
meninggal, terutama nenek moyang.
Kamu telah memahami pengertian dan konsep tentang agama. Bahkan
kamu juga telah mampu mendeskripsikan perilaku yang bisa dikategorikan
sebagai agama. Masih adakah orang yang mempercayai adanya kekuatan
semacam
mana
pada masa sekarang? Jika masih, jelaskanlah dan
berikanlah pula contohnya.
4. Teori-Teori tentang Religi
Mengapa manusia percaya kepada suatu kekuatan yang
dianggapnya lebih tinggi dari dirinya? Mengapa manusia melakukan
berbagai macam cara untuk mencari hubungan dengan kekuatan-
kekuatan tadi? Ada banyak teori yang berbeda tentang masalah tersebut.
Menurut teori yang terpenting, perilaku manusia bersifat religi karena
sebab-sebab sebagai berikut.
a. Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.
b. Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tidak dapat
dijelaskan dengan akal.
c. Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang
senantiasa dialami manusia dalam daur hidupnya.
d. Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam
sekelilingnya.
e. Adanya getaran (yaitu emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul
dalam jiwa manusia sebagai warga negara masyarakat.
f.
Manusia menerima suatu firman dari Tuhan.
35
Agama dan Perilaku Keagamaan
Adapun teori-teorinya antara lain sebagai berikut.
a. Teori Roh
Teori ini dikemukakan oleh E.B. Tylor. Menurut Tylor, asal mula
religi adalah kesadaran manusia akan konsep roh. Hal itu terjadi
karena dua sebab.
1) Perbedaan yang tampak antara benda hidup dan benda yang
mati. Makhluk yang masih dapat bergerak disebut makhluk
hidup, tetapi apabila tidak bergerak lagi, maka itu berarti
bahwa makhluk tersebut mati. Dengan demikian, manusia
lama-kelamaan mulai menyadari bahwa gerak dalam alam
(yaitu hidup) disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada
di samping tubuh jasmaninya, yakni jiwa (yang kemudian
lebih khusus disebut roh).
2) Pengalaman bermimpi. Dalam mimpinya manusia melihat
dirinya berada di tempat-tempat lain selain tempat ia tertidur.
Maka ia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang
berada di tempat tidur, dan bagian lain dari dirinya, yaitu
jiwanya (rohnya), yang pergi ke tempat lain.
b. Teori Batas Akal
Teori ini dikemukakan oleh J.G. Fraser. Dalam bukunya
The
Golden Bough
jilid I seperti ditulis oleh Koentjaraningrat (2002:
196–197), ia mengatakan bahwa manusia memecahkan masalah-
masalah hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi
akal dan sistem pengetahuan manusia terbatas. Makin maju
kebudayaannya, makin luas batas akal itu. Dalam banyak
kebudayaan batas akal manusia masih sangat sempit. Soal-soal
hidup yang tidak dapat mereka pecahkan dengan akal, dipecahkan
dengan
magic
, atau ilmu gaib.
Menurut Frazer, ketika religi belum hadir dalam kebudayaan
manusia, manusia hanya menggunakan ilmu gaib untuk
memecahkan masalah-masaah hidup yang berada di luar
jangkauan akal dan pengetahuannya. Ketika mereka menyadari
bahwa ilmu gaib tidak bermanfaat bagi mereka, mulailah timbul
kepercayaan bahwa alam dihuni oleh makhluk-makhluk halus
yang lebih berkuasa, dengan siapa manusia kemudian mulai
mencari hubungan, sehingga timbullah religi.
c. Teori Masa Krisis dalam Hidup Individu
Pandangan seperti ini dikemukakan oleh M. Crawley dalam
bukunya
Tree of Life
(1905) dan A. van Gennep dalam bukunya
Rites de Passage
(1909). Dalam buku yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1002: 197), kedua pakar menyatakan bahwa
selama hidupnya manusia mengalami berbagai krisis yang sangat
ditakuti oleh manusia, dan karena itu menjadi objek dari
perhatiannya. Terutama terhadap bencana sakit dan maut, segala
kepandaian, kekuasaan, dan harta benda yang dimilikinya,
manusia tidak berdaya.
Bagi manusia, ada saat-saat ketika manusia mudah jatuh sakit
atau tertimpa bencana. Misalnya masa kanak-kanak, atau saat ia
beralih dari usia pemuda ke usia dewasa, masa hamil, melahirkan,
dan saat ia menghadapi sakratul maut. Pada saat-saat seperti itu
manusia merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperteguh
imannya, yang dilakukannya dengan upacara-upacara. Perbuatan-
perbuatan inilah yang merupakan pangkal dari religi dan
merupakan bentuk-bentuk yang tertua.
36
ANTROPOLOGI Kelas XII
d. Teori Kekuatan Luar Biasa
Pendapat ini diajukan oleh R.R. Marret. Ia tidak sependapat
dengan Tylor. Menurutnya, kesadaran seperti itu terlalu kompleks
bagi pikiran makhluk manusia yang baru berada pada tingkat-
tingkat awal dari kehidupannya. Ia juga mengatakan bahwa pangkal
dari segala perilaku keagamaan ditimbulkan oleh perasaan tidak
berdaya dalam menghadapi gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa
yang dianggap luar biasa dalam kehidupannya.
Alam dianggap sebagai tempat adanya kekuatan-kekuatan yang
melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenalnya dalam alam
sekelilingnya, disebut
the supernatural
. Gejala-gejala, hal-hal, dan
peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap sebagai akibat
dari kekuatan
supernatural
(atau kekuatan sakti).
e. Teori Elementer Mengenai Hidup Beragama
Tokoh teori ini adalah E. Durkheim. Inti dari teori seperti terdapat
dalam buku tulisan Koentjaraningrat (2002 : 199) adalah sebagai
berikut.
1) Sejak awal keberadaannya di muka bumi, manusia mengem-
bangkan religi karena adanya getaran jiwa, yaitu suatu emosi
keagamaan, yang timbul dalam jiwanya karena adanya emosi
terhadap keagamaannya, dan bukan karena dalam pikirannya
manusia membayangkan adanya roh yang abstrak, berupa
kekuatan yang menyebabkan hidup dan gerak dalam alam
semesta ini.
2) Dalam pikirannya, emosi keagamaan itu berupa perasaan yang
mencakup rasa keterkaitan, bakti, cinta, dan sebagainya,
terhadap masyarakatnya sendiri, yang baginya merupakan
seluruh dunianya.
3) Emosi keagamaan tidak selalu berkobar-kobar setiap saat dalam
dirinya. Apabila tidak dirangsang dan dipelihara, emosi
keagamaan itu menjadi
latent
(melemah), sehingga perlu
dikorbarkan kembali, antara lain melalui kontraksi masyarakat
(mengumpulkan seluruh masyarakat dalam pertemuan-
pertemuan raksasa).
4) Emosi keagamaan yang muncul itu membutuhkan suatu objek
tujuan. Mengenai apa yang menyebabkan bahwa sesuatu hal
menjadi objek dari emosi keagamaan, bukanlah terutama
sifatnya yang luar biasa atau aneh dan megah, tetapi adanya
tekanan berupa anggapan umum dalam masyarakat, misalnya
karena salah satu peristiwa secara kebetulan pernah dialami
orang banyak. Objek yang menjadi tujuan emosi keagamaan
juga dapat bersifat
sacre
(keramat), sebagai lawan dari sifat
profan
(tidak keramat), yang tidak memiliki nilai keagamaan.
5) Suatu objek keramat sebenarnya merupakan lambang dari
suatu masyarakat. Pada suku-suku bangsa asli di Australia,
objek keramat yang menjadi objek emosi kemasyarakatannya
sering kali berwujud suatu jenis hewan atau tumbuh-
tumbuhan. Para pakar menyebut prinsip yang berada di
belakang objek dari suatu kelompok dalam masyarakat
(misalnya klan atau kelompok kerabat) dengan istilah
totem
.
37
Agama dan Perilaku Keagamaan
5. Unsur-Unsur Dasar Religi
Kamu tentu tahu bahwa bangsa Indonesia terdiri atas suku-suku (lebih
dari 600 suku). Kamu tentunya juga tahu apa yang telah diungkapkan
E. Durkheim tentang teori religi. Nah, untuk mendeskripsikan religi
dalam suku-suku bangsa di Indonesia, antropologi membagi religi ke
dalam unsur-unsur sebagai berikut.
a. Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa
manusia didorong untuk berperilaku keagamaan.
b. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang
bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, dan maut.
c. Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari
hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan
tersebut.
d. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang
mengonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem-sistem
keagamaannya.
e. Alat-alat musik yang digunakan dalam ritus dan upacara kesamaan.
B.
Fungsi Agama atau Religi dan
Kepercayaan
Agama sering dipahami sebagai kepercayaan kepada Tuhan. Bisa
pula dipahami sebagai pengamalan yang berkait dengan kepercayaan
tersebut. Namun, sebetulnya agama memiliki cakupan yang lebih luas
dibandingkan dengan kepercayaan. Kita bisa mengatakan bahwa
sesuatu itu agama apabila ada unsur-unsur: perilaku (sembahyang,
membuat sajian, perayaan dan upacara), sikap (seperti hormat, kasih
atau takut), pernyataan (seperti mantra, jampi, kalimat suci), dan benda-
benda lahiriah (seperti masjid, candi, gereja, tangkal, azimat).
Agama memiliki dua fungsi penting; yakni fungsi psikologis dan
fungsi sosial.
1. Fungsi Psikologis
Orang meyakini dan mengamalkan ajaran agama kebanyakan untuk
meraih ketenteraman. Agama bisa memberi ketenangan dan
mengurangi kegelisahan karena percaya ada bantuan supranatural yang
dapat diharapkan saat terjadi bencana. Orang yang baru saja terkena
musibah gempa bumi, akan merasa tenang apabila ingat dengan Tuhan
atau kekuatan supranatural yang ada di atasnya. Selain itu, agama juga
bisa memberi tuntunan melalui penggambaran atau cerita makhluk
supranatural.
2. Fungsi Sosial
Fungsi lain dari agama antara lain memberi sanksi kepada sejumlah
besar tata kelakuan, pemeliharaan solidaritas sosial, pendidikan, dan
tertib sosial. Dengan rajin menjalankan perintah ajaran agama, maka
akan terbentuk sikap dislipin dan ketaatan. Orang yang taat
Di Indonesia terdiri atas
bermacam-macam agama.
Meskipun demikian, kita
harus saling menghormati
agar tercipta masyarakat
yang rukun dan damai.
38
ANTROPOLOGI Kelas XII
menjalankan perintah agama akan memiliki perilaku yang terpuji dan
mampu membangun kebersamaan dengan manusia yang lain.
Coba lihatlah pada dirimu sendiri. Apakah kamu telah taat dalam
menjalankan perintah ajaran agama? Lalu, apa dampak yang kamu
rasakan setelah tertib dalam menjalankan ajaran agama? Untuk
menjawabnya, kamu bisa mengikuti kegiatan di bawah ini.
Dari dalam keluarga hingga hidup di tengah-tengah masyarakat, agama
menduduki tempat yang teramat penting. Agama antara lain berperan dalam
pembentukan watak dan kepribadian penganutnya. Coba ajaklah orang
tua dan anggota keluargamu untuk mendiskusikan fungsi agama.
Jelaskanlah fungsi agama dikaitkan dengan pendidikan dan tertib sosial.
Selanjutnya, susunlah hasilnyabdalam bentuk laporan.
C.
Agama/Religi dan Kepercayaan di
Indonesia
Indonesia tidak hanya memiliki suku bangsa yang beragam, namun
juga memiliki agama dan kepercayaan yang beragam. Terdapat enam
agama resmi di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Berdasarkan data yang
ada, mayoritas masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama
Islam. Di samping agama yang resmi, di Indonesia juga
tumbuh dan berkembang keyakinan lain yang disebut
dengan kepercayaan tradisional.
Dengan adanya diversitas agama di Indonesia,
masyarakat Indonesia harus menghargai perbedaan yang
ada. Hal tersebut telah diatur di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pada pasal 29 ayat 2 yang menjamin masyarakat
memiliki kemerdekaan di dalam beragama. Setiap individu
dibebaskan untuk menganut agama yang dipilihnya.
Dengan demikian, tidak ada diskriminasi agama. Setiap
individu harus menghormati dan memelihara toleransi
terhadap kepercayaan masing-masing.
1. Agama di Indonesia
Agama di Indonesia adalah Islam, Protestan, Katolik Roma, Hindu,
Buddha, dan Konghucu.
Tabel 2.1 Agama dan Persentase Pemeluknya
No. Agama
Persentase
1. Islam
88 %
2. Protestan
5 %
3. Katolik Roma
3 %
4. Hindu
2 %
5. Buddha
1 %
6. Konghucu
1 %
Sumber:
id.wikipedia.org
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara, halaman 66
Gambar 2.3
Mantan Menteri Agama Indonesia,
H. Tarmizi Taher bersama lima wakil agama
di Indonesia.
39
Agama dan Perilaku Keagamaan
a. Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15 dan 16.
Agama Islam salah satu di antaranya dibawa ke Indonesia oleh
pedagang India dan Arab. Jumlah pemeluk agama Islam di seluruh
Indonesia sekitar 88% dari penduduk Indonesia.
Bukti tertua kehadiran Islam di Indonesia ditemukan di Aceh
berupa batu nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir
dengan angka tahun 1211. Dari temuan nisan itu, kita bisa menduga
bahwa sekitar abad XII di Sumatra telah berkembang masyarakat
Islam. Dari kawasan itulah, Islam mampu berkembang ke berbagai
daerah di Indonesia. Meski memuat nilai-nilai baru, namun
perilaku beragama saat awal masih dipengaruhi oleh
unsur-unsur Hindu-Buddha. Bahkan para pengembang
agama Islam di Jawa seperti wali sanga masih meng-
gunakan adat istiadat yang merupakan peninggalan
kebudayaan Hindu-Buddha.
Setelah Aceh, komunitas muslim generasi pertama
terdapat di Demak, Banten, Makassar, Maluku, dan
Yogyakarta. Di kota-kota itu kita ketahui berdiri keraja-
an-kerajaan Islam yang menjadi pusat pengembangan
ajaran Islam. Peninggalan sejarah dari kerajaan-kerajaan
tersebut masih bisa kita lihat hingga kini.
Salah satu perilaku beragama yang berkembang
pada periode awal adalah sufisme atau tasawuf.
Sufisme merupakan perilaku yang mencerminkan
unsur batin ajaran Islam. Misalnya dengan pengekangan
diri melalui beragam kegiatan seperti
zikir
, puasa,
sembahyang terus-menerus, dan tarian suci. Dari sini
dikenal adanya
tarekat
yaitu cara untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Tarekat yang berkembang pada masa
awal antara lain sebagai berikut.
Tabel 2.2 Sastrawan dan Tarekatnya
Nama
Tarikat
Sejarah
Hamzah Fansuri
Qadiriyya
Penyair mistik dan keagamaan, pengarang pertama yang dikenal di dunia Melayu
Shams al Din Pasai Naqshbandiyya
Penasihat keagamaan Sultan Iskandar Muda dari Aceh, pelopor aliran tersebut.
Abd al Rauf Aceh
Shatariyya
Pendiri Shatari
yya di Jawa dan Sumatra setelah belajar di Madinah
Abd al-Samad
Sammaniyya
Pendiri Sammaniyya di Palembang setelah belajar di Mekah
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara
, halaman 17
Perilaku beragama umat Islam didasarkan atas keyakinan
adanya rukun iman dan rukun Islam. Rukun iman terdiri atas
percaya pada Allah swt., percaya pada malaikat, percaya pada nabi,
percaya pada hari kiamat, percaya pada kitab suci (Taurat, Mazmur,
Injil, Quran) dan percaya pada takdir. Rukun Islam meliputi
pengakuan tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah
syahadat
, sembahyang lima waktu (shalat), puasa di bulan
Ramadan, zakat, dan naik haji.
Pada masa kontemporer, perilaku keagamaan di Indonesia
semakin beragam. Baik dari tradisi Muhammadiyah, NU, maupun
penganut Islam inklusif. Masing-masing organisasi massa dan
kelompok-kelompok penganut agama itu kemudian berkembang
dengan ciri khas masing-masing.
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara, halaman 18
Gambar 2.4
Wali Sanga
40
ANTROPOLOGI Kelas XII
b. Protestan
Agama Protestan banyak ditemui di daerah Maluku, Sulawesi
Utara, dan Batak. Jumlah pemeluk agama Protestan sebesar 5%
dari populasi. Pembawa agama ini adalah orang Belanda dan
Portugis.
Agama Kristen mulai masuk ke Indonesia setelah VOC
menjalankan penjajahannya di berbagai pulau. Meski misi utama
VOC adalah berdagang, namun mereka juga wajib mengembangkan
iman Protestan. Saat VOC dibubarkan tahun 1799, di Indonesia
terdapat 50.000 orang pemeluk Protestan. Agama ini semakin
berkembang setelah pemerintah kolonial mendukung sepenuhnya
kegiatan misionaris. Apalagi kitab-kitab suci mereka
diterjemahkan ke dalam bahasa lokal dan bahasa
Melayu. Komunitas agama Protestan banyak terdapat
di kawasan Indonesia bagian timur.
Para pemeluk agama Kristen menjalankan beragam
upacara. Banyak di antaranya yang menggunakan
kebudayaan lokal yang telah lama berkembang di
masyarakat. Misalnya yang dilakukan oleh masyarakat
Kristen di Pulau Samosir, dekat Danau Toba. Mereka
biasa menggelar tarian suci dan nyanyian puisi ratapan
pada perayaan Jumat Agung.
Di Larantuka, Flores Timur, penganut Kristen
menyelenggarakan ritual siklus kehidupan dengan
menyisipkan prosesi kelahiran dan kematian Kristus
dalam kebaktian Paskah. Upacara ini adalah peninggal-
an masyarakat Eropa abad XVI. Pada Jumat Agung
mereka mengadakan arak-arakan lilin di sepanjang jalan
dengan membawa patung Perawan Maria lambang
Mater Dolorosa
(Bunda Berkabung). Kini, daerah-daerah
itu menjadi sentra komunitas Kristen. Kamu bisa
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
perilaku agama mereka.
c. Katolik Roma
Agama Katolik Roma banyak ditemui di daerah kepulauan
timur Indonesia, seperti Roti, Timor, dan Flores. Jumlah pemeluk
agama Protestan sebesar 5% dari populasi. Pembawa agama ini
adalah orang Belanda dan Portugis.
Komunitas Katholik terbentuk sejak abad XVI di Ambon,
Ternate, dan Halmahera. Agama tersebut datang sejak Portugis
masuk ke Indonesia. Namun, berkembang dengan cepat pada abad
XIX setelah pemerintah kolonial Belanda memberlakukan otonomi
Gereja Katolik. Apalagi banyak keluarga Belanda yang datang ke
Indonesia mengikuti suami atau ayah mereka yang bertugas di
Indonesia.
Penyebaran agama ini banyak didukung oleh keberadaan ordo
Fransiscan. Ordo yang berpusat di Maluku Utara dan Sulawesi
Utara ini berhasil membuat penduduk beragama Katolik. Ordo lain
adalah Jemaat Theatine yang berpusat di pantai barat daya Sumatra
dan ordo Dominikan yang berpusat di Solor, Timor, dan Flores.
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara, halaman 129
Gambar 2.5
Patung citra Bunda Maria berkabung pada
perayaan Jumat Agung di Larantuka.
41
Agama dan Perilaku Keagamaan
d. Hindu
Agama Hindu banyak ditemui di daerah Bali dan Lombok (di
tempat orang Bali yang tinggal di daerah Lombok). Penganut kurang
lebih 2% dari total populasi. Agama ini sedikit berbeda dengan
yang dianut di India.
Agama ini telah dikenal masyarakat Indonesia sejak awal
abad I Masehi melalui hubungan dagang dengan India. Dari kontak
dagang ini, kemudian terbangunlah komunitas-komunitas Hindu
pada abad VIII-IX. Saat itu bersamaan dengan berdirinya kerajaan-
kerajaan Hindu dengan puncak Kerajaan Majapahit. Peran utama
penyebaran agama Hindu dipegang oleh kaum brahmana.
Merakalah yang memimpin upacara di kerajaan-kerajaan Hindu.
Dalam perkembangannya, mereka menggunakan akar budaya lokal
untuk menjalankan perilaku agamanya. Misalnya, kita mengenal
Dewi Sri atau penggunaan Gunung Meru.
Masyarakat Hindu terbagi ke dalam empat kasta, yaitu
brahmana, kesatria, waisya, dan sudra. Di luar itu masih ada kasta
chandala yang meliputi golongan pemburu yang tercemar
kedudukannya. Prinsip ajaran agama Hindu didasarkan atas lima
kepercayaan:
brahman
yaitu kepercayaan kepada para dewa dalam
berbagai bentuk perwujudannya,
atman
yaitu kepercayaan tentang
jiwa yang abadi,
karmaphala
yaitu kepercayaan bahwa setiap
tindakan akan berakibat pada pelakunya,
punar bhawa
yaitu
kepercayaan tentang reinkarnasi, dan
moksa
yaitu kepercayaan
tentang kebahagiaan yang tertinggi.
Pemeluk agama Hindu menyelenggarakan serangkaian upacara
yang disebut
yadnya
. Upacara ini terdiri atas lima jenis berdasarkan
untuk siapa upacara ditujukan. Upacara itu meliputi
Dewa yadnya
untuk Yang Maha Kuasa, dewa-dewa dan dewi-dewi,
bhuta yadnya
untuk roh gaib setan,
pitra yadnya
untuk
untuk orang mati atau leluhur,
manusa yadnya
untuk
orang hidup,
rsi yadnya
untuk pendeta atau pen-
tasbihan.
Agama Hindu di Bali mempunyai banyak nama,
seperti
Hindu Bali
karena khas Bali, agama
Tirta
karena
air suci merupakan unsur penting dalam agama Hindu,
dan agama
Siwa-Weda
karena ajaran-ajarannya memuja
Siwa-Buddha. Kini, nama yang sering dipakai adalah
Hindu Dharma. Penyebaran agama Hindu di Bali
banyak menggunakan tari topeng, wayang, dan
pergelaran drama. Tradisi keagamaan di Bali telah
mengakar dalam kehidupan sehari-hari dengan pusat
keagamaan di pura.
e. Buddha
Agama Buddha berasal dari India. Penganutnya sekitar 1%
dari populasi. Buddha berasal dari India dan menyebar ke
Indonesia bersamaan dengan Hindu.
Pengaruh agama Buddha masuk ke Indonesia pada abad VII.
Hal ini berdasarkan catatan I-Ching yang melawat ke Sriwijaya
pada tahun 671. Setelah selama 10 tahun tinggal di Sriwijaya, I-
Ching menerjemahkan teks-teks Buddha Sanskerta ke dalam
bahasa Cina dan menulis kisah perjalanannya.
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara, halaman 44
Gambar 2.6
Barong dan Rangda dalam pergelaran
drama Calon Arang.
42
ANTROPOLOGI Kelas XII
Ada dua aliran utama yang berkembang dalam Buddha, yaitu
Theravada dan Mahayana. Pada masa Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit, yang berkuasa adalah aliran Mahayana. Agama
Buddha mengembangkan ajaran Tantra. Namun setelah kedua
kerajaan besar itu runtuh, pengaruh Buddha semakin
menghilang. Dalam perkembangannya, para pemeluk agama
Buddha mendirikan
sangga
atau organisasi para biarawan.
Hingga kini, pelaksanaan upacara keagamaan banyak
dipimpin oleh organisasi ini.
f.
Konghucu
Penganut agama Konghucu di seluruh Indonesia berjumlah
sekitar 1%. Agama Konghucu adalah agama yang baru saja
diakui oleh pemerintah sebagai salah satu agama resmi di
Indonesia.
Selain percaya pada adanya Tuhan, masyarakat Indonesia juga
percaya pada adanya makhluk halus dan alam gaib. Berkaitan dengan
alam gaib, menurut
C. Geertz
, masyarakat di daerah Jawa sangat
memercayai adanya makhluk halus. Apa saja nama makhluk halus
yang ada dalam budaya Jawa, bacalah informasi berikut ini.
Makhluk halus tersebut terdiri beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Memedi
: roh yang menakut-nakuti.
b. Lelembut
: roh yang menyebabkan kesurupan.
c. Tuyul
: makhluk hidup yang karib.
d. Demit
: makhluk hidup yang menghuni suatu tempat.
e. Danyang
: roh pelindung.
Untuk melindungi diri dari bahaya, masyarakat Jawa juga sangat aktif
melakukan ritual keselamatan. Beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. telonan
: rit
ual tiga bulan masa kehamilan.
b. tingkeban
: rit
ual anak pertama bagi ibu, ayah, atau
keduanya.
c. babaran/brokohan : ritual kelahiran bayi.
d. pasaran
: ritual lima hari setelah kelahiran.
e. pitman
: ritual tujuh bulan setelah kelahiran.
f. selapanan
: r
itual satu bulan setelah kelahiran.
g. taunan
: ritual
satu tahun setelah kelahiran.
Masyarakat Jawa memiliki cara penghitungan hari tersendiri, yakni
lima hari pasaran. Hari pasaran tersebut adalah
legi, paing, pon, wage,
dan
kliwon.
Di daerah-faerah yang lain di Indonesia mungkin juga
memiliki cara tersendiri dalam menetapkan hari. Bagaimana
masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggalmu?
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara,
halaman 52
Gambar 2.7
Perayaan Waisak di Candi
Borobudur.
43
Agama dan Perilaku Keagamaan
2. Aliran Kepercayaan di Indonesia
Wilhelm Wundt menjelaskan bahwa pada mulanya datang
kepercayaan tentang magi, iblis, dan lainnya. Pada tahap evolusi
berikutnya, yakni pada abad Totem, mulai munculnya agama dalam
bentuk pemujaan binatang. Lama-kelamaan totem mulai susut, lalu
objek pemujaan diganti dengan manusia. Pemujaan beralih menjadi
pemujaan terhadap nenek moyang hingga akhirnya ada pengkultusan
terhadap pahlawan, dan pengkultusan dewa-dewi.
Aliran kepercayaan yang berkembang di Indonesia adalah Budi
Setia (didirikan oleh kaum priayi), Sumarah (didominasi oleh kaum
priayi), Kawruh Baja, Ilmu Sejati, Kawruh kasunyatan, Sunda wiwitan
(tersisa pada etnis Baduy di Kanekes, Banten), Buhun Jawa Barat,
Parmalim (agama asli Batak), Kaharingan Kalimantan, Tonaas Walian
Minahasa Sulut, Tolottang, Wetu telu, dan Naurus (P. Seram Maluku).
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan
Upacara, halaman 85
Gambar 2.8
Naga Bayan dipercaya
penganut Wetu Telu.
Wetu telu berarti tiga waktu. Wetu telu adalah agama Islam yang
mengalami sinkretisme dengan Hindu Bali, kejawen, dan kepercayaan
kepada leluhur. Kamu dapat menemui orang-orang yang beragama Islam
seperti itu terutama di bagian utara dan selatan Pulau Lombok. Bagaimana
sampai terjadi percampuran seperti itu? Latar belakang proses
percampurannya adalah pada waktu itu, ada sejenis agama Islam (keras)
berkembang di kalangan orang kaya. Tokoh di balik perkembangan itu
adalah para mahasiswa yang belajar pada kurun waktu tertentu di sekolah-
sekolah agama ortodoks. Mereka inilah yang mempelajari dasar-dasar
keislaman dengan menafsirkan ayat-ayat untuk disesuaikan dengan tradisi
ortodoks yang telah mapan.
Dalam kepercayaan ini, peran leluhur begitu menonjol. Mereka
memercayai kehidupan yang senantiasa mengalir dengan unsur sangat
kuat yang disebut jiwa yang dapat dibangkitkan. Seseorang yang hidup
jiwanya selalu berada di dalam tubuh. Jiwa dapat meninggalkan tubuh (pada
saat tidur) tetapi selalu kembali ke tubuh orang tersebut. Baru setelah mati,
jiwa meninggalkan tubuh, tetapi selalu hidup dan dapat mengembara ke
mana-mana. Nah, supaya jiwa itu tenteram dan tidak membahayakan
manusia, maka dilakukanlah upacara-upacara. Pada saat itulah, orang yang
mati diubah menjadi leluhur.
Bagi orang-orang Lombok yang menganut wetu telu, kematian tidak
berarti perpisahan. Jiwa orang mati mungkin pergi ke alam lain tetapi tetap
dapat kembali sewaktu-waktu. Oleh karena itu, mereka dapat memengaruhi
kehidupan keturunannya yang masih hidup. Para penganut wetu telu dapat
memanggil dan meminta bantuan arwah para leluhurnya dengan suatu
perayaan. Lihatlah gambar di samping. Itulah upacara tumbuk padi yang
dilakukan untuk persiapan perayaan.
Orang Islam penganut wetu telu di Lombok Utara memiliki pusat tempat
suci yang disebut dengan Masjid Bayan. Ciri-ciri masjidnya sebagai berikut.
a. Memiliki beduk yang besar.
b. Terdapat patung naga yang disebut dengan naga Bayan.
c. Terdapat patung burung dari kayu di atas mimbar induk.
d. Tidak pernah melaksanakan khotbah hari Jumat.
e. Para jemaah wetu telu hanya mengunjungi jika mereka ingin
mempersembahkan makanan kepada kiai pada perayaan tertentu.
44
ANTROPOLOGI Kelas XII
f. Hanya para kiai-lah yang melaksanakan tugas keagamaan, tetapi tidak
memimpin salat wajib lima waktu.
Berbeda dengan umat Islam umumnya yang mengadakan perayaan
meriah pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, maka wetu telu melaksanakan
perayaan meriah pada saat Maulud Nabi. Pada saat itu, kamu akan melihat
masjid wetu telu dihiasi dengan umbul-umbul dan kain. Pada waktu malam,
para kiai bertemu untuk makan bersama. Ketika Ramadan tiba, semua
kiai bertemu setiap malam untuk berdoa, dan buka puasa bersama hanya
dilakukan pada akhir bulan puasa sekaligus juga dilakukan khotbah. Selain
itu, para kiai wetu telu juga akan bertemu di Masjid Bayan jika di Lombok
Utara terjadi bencana alam. Mereka melaksanakan upacara
lohor jariang
jumat
. Upacara diakhiri khotbah khas Bayan dengan menggunakan bahasa
daerah.
Para penganut wetu telu dapat menjelaskan bagaimana Islam diterima
di Lombok, serta bagaimana waktu lima dan wetu telu dapat dibedakan
dengan menggunakan naskah lontar. Memang, hingga kini masyarakat
Lombok ada yang melakukan sembahyang hanya tiga kali sehari. Hal ini
berbeda dengan orang muslim yang melaksanakan salat lima waktu dalam
sehari. Oleh karena itu, wetu telu dapat disebut sebagai suatu sekte yang
berpegang pada kebiasaan tradisional (adat) dan syariah.
Hampir seluruh negara-negara di dunia, mengenal dan menganut agama.
Sebutkanlah agama-agama yang terbanyak dianut di negara-negara di
Asia Tenggara (sebutkan agama terbesar pada setiap negara).
D. Perilaku Religi
Agama yang beragam adanya di permukaan bumi, tidak seluruhnya
memiliki kesamaan di dalam menjalankan ritual keagamaannya.
Namun, hampir seluruhnya percaya terhadap sesuatu yang dianggap-
nya memiliki kekuasaan dan kekuatan.
Van Baal menjelaskan bahwa manusia memiliki kepercayaan
terhadap
mana. Mana
adalah
sesuatu yang mempengaruhi semua hal
yang melampaui kekuasaan manusia
yang berada di luar jalur yang
normal dan wajar. Mana
muncul karena hadirnya pengaruh yang
ditimbulkan oleh pikiran manusia. Ketika seseorang mengenakan
cincin dengan batu akik dengan warna tertentu kemudian
mendapatkan kekayaan yang di luar dari kebiasaannya, ia akan
berpandangan bahwa batu akik yang dikenakannya itu memiliki
mana.
Perilaku keagamaan memiliki bentuk yang beragam. Jika dilihat
melalui ritual, dapat dilihat berikut ini.
Ritual adalah sarana yang digunakan untuk melakukan hubungan
antara manusia dengan kekuatan supranatural. Selain itu, juga
45
Agama dan Perilaku Keagamaan
digunakan sebagai penghubung antara manusia dengan kekuatan
supranatural, digunakan pula untuk memperingati peristiwa penting
dan kejadian kematian.
Antropologi membagi ritual menjadi beberapa hal, yaitu upacara
peralihan (
rites of passage
) dan upacara intensifikasi (
rites of intensifi-
cation
). Dikutip dari Havilland, upacara
peralihan
(
rites of passage
)
adalah
upacara keagamaan yang berkaitan dengan tahap-tahap yang
penting dalam kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan
kematian.
Upacara
intensifikasi
(
rites of intensification
) adalah
upacara
keagamaan yang diadakan pada waktu kelompok menghadapi krisis
real atau potensial.
Salah satu contoh upacara peralihan yang paling serig kita jumpai
adalah
aqiqa
yang biasa dilaksanakan oleh umat Islam. Upacara aqiqa
dilaksanakan pada hari ketujuh dar kelahiran seorang anak, ditandai
dengan penyembelihan kambing. Untuk anak anak laki-laki, kambing
yang disembelih berjumlah dua ekor sedangkan untuk perempuan
hanya seekor. Tujuan pelaksanaan upacara ini adalah untuk menebus
anak. Menurut keyakinan mereka, seorang anak sebelum diaqiqahi
masih tergadai. Rangkaian upacara ini meliputi pencukuran rambut
anak, pemberian nama yang baik, dan penyebelihan ternak kurban.
Sebagian daging ternak yang telah disembelih itu kemudian dibagikan
kepada masyarakat sekitar, sebagian yang lain untuk pesta. Maknanya,
anak diantar untuk menjadi seorang makhluk sosial dan mempunyai
akhlak yang baik.
Upacara pada tahap berikutnya adalah
sunatan
. Sunat adalah tanda
anak laki-laki memasuki akil balig, biasanya dilakukan pada anak usia
8-14 tahun. Saat melaksanakan upacara ini, biasanya orang tua
mengadakan pesta dengan mengundang sanak saudara dan tetangga.
Setelah menginjak dewasa, sampailah anak pada jenjang perkawinan.
Berdasarkan hukum Islam, perkawinan terjadi antara seorang jejaka
dan gadis dengan wali mewakili gadis. Sebuah upacara bisa
dilaksanakan apabila ada izin dari wali, selanjutnya ia harus memberi-
kannya dan menerima ikatan perkawinan yang mempersatukan kedua
mempelai. Ikatan itu biasa disebut mahar (berupa emas, benda berharga
atau Al Quran). Mempelai kemudian mengikuti prosesi di depan tamu
undangan. Di beberapa suku bangsa, kedua anggota keluarga yang yang
telah terikat dalam satu ikatan kekeluargaan itu saling memberikan
petuah kepada kedua mempelai.
Saat ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, maka ada
banyak kewajiban yang biasa dilakukan oleh sanak keluarga yang
ditinggal. Misalnya dengan memandikan, mengubur, hingga berdoa
untuk keluarga yang meninggal. Upacara kematian yang diadakan oleh
sanak keluarga biasanya berisi
talqin
dan
tahlil
.
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan
Upacara, halaman 33
Gambar 2.9
Seorang anak yang baru
saja disunat dalam tradisi di
Cirebon.
Upacara Penguburan Suku Dayak
Masyarakat Dayak mempunyai kepercayaan bahwa ketika orang
meninggal akan membuat masalah bagi yang hidup jika jiwanya tidak pergi
ke dunia kematian. Oleh karena itu, mereka menyelenggarakan serangkaian
upacara. Upacara kematian pada suku Dayak terbagi menjadi dua:
46
ANTROPOLOGI Kelas XII
Upacara dibagi menjadi tiga tahap, yaitu separasi, transisi, dan
inkorporasi. Dikutip dari Havilland,
separasi
adalah
dalam upacara
peralihan, upacara untuk memisahkan seseorang dari masyarakatnya.
Transisi
adalah
dalam upacara peralihan, isolasi seseorang setelah
mengalami separasi dan sebelun inkorporasi
.
Inkorporasi
adalah
dalam upacara peralihan, penyatuan kembali seseorang ke dalam
masyarakat menurut statusnya yang baru
.
Berkaitan dengan upacara peralihan, manusia dianggap melalui
beberapa tahap kehidupan. Tahap kehidupan tersebut adalah kelahiran,
pubertas, perkawinan, menjadi orang tua, naik ke tingkat yang lebih
tinggi, spesialisasi pekerjaan, dan kematian.
Sementara itu, berkaitan dengan upacara intensifikasi, manusia
banyak mengalami suatu krisis. Krisis air hujan, serangan hama,
muncul serangan binatang berbahaya, muncul serangan musuh,
kematian, dan lain-lain. Untuk menghalau krisis-krisis tersebut,
manusia mengadakan upacara.
Di dalam mencari ketenangan hidup, manusia menggunakan
bermacam hal yang berkaitan dengan supranatural. Hal tersebut di
antaranya adalah agama, magi, dan sihir.
E. Perilaku Religi yang Baik
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa manusia memiliki
kepribadian yang beragam. Dikutip dari Koentjaraningrat, kepribadian
adalah
ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten yang
memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus
.
Hal ini menjelaskan bahwa setiap manusia akan memiliki karakter
yang khas dan jelas berbeda antara manusia satu dengan manusia yang
lain. Karakter tersebut akan tercermin seumur hidup dan tidak dapat
dikamuflase dengan segala hal untuk menutupinya.
Berkaitan dengan kepribadian tersebut, hak memiliki agama juga
berdasarkan atas kepentingan pribadi yang sangat bergantung dengan
kepribadian masing-masing orang. Agama tidak dapat dipaksakan
untuk dimiliki oleh seseorang. Pada awalnya, ketika masih kecil,
manusia hanya mengikuti arus kehidupan yang ada di sekelilingnya.
Namun, ketika manusia telah sampai pada saat dia mampu
menentukan jalan hidup dan mengambil keputusan untuk pilihan-
pilihan hidupnya, agama tidak dapat lagi dipaksakan untuk
ditempelkan ke dalam hidup seseorang.
a. Pemakaman dengan sekali upacara
Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat Modang, Kayan, dan Iban.
Upacara ini mirip dengan yang dilakukan oleh suku bangsa-suku
bangsa yang lain.
b. Pemakaman dengan dua kali upacara
Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat Ngaju dan Ot Danum. Mayat
disimpan sebentar setelah kematian, kemudian kerangkanya digali
dan dipindahkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Kerangkanya dimasukkan ke dalam keranda, guci, atau dibungkus
dengan tikar dan dikubur, diabukan atau disimpan dalam kubur besar.
47
Agama dan Perilaku Keagamaan
Pada saat manusia telah mampu menentukan jalan hidup dengan
memilih segala sesuatu sesuai dengan kepribadiannya tersebut,
manusia memilih agama sesuai dengan kehendaknya. Pada saat itu
pula interpretasi manusia terhadap agama yang dipilihnya akan
berjalan sesuai dengan kepribadiannya melakukan persepsi.
Sebagaimana yang disampaikan Koentjaraningrat, persepsi adalah
suatu istilah psikologi yang dipakai untuk mendeskripsikan suatu
pemikiran pada alam sadar (
concious
) melalui akal manusia guna
menyusun dan memproyeksikan suatu lingkungan yang ditangkap oleh
alam pikirnya tersebut.
Persepsi manusia terhadap agama yang dianutnya masing-masing
individu akan berbeda. Perbedaan tersebut bergantung pada
kemampuan manusia memproyeksikan makna agama bagi dirinya.
Manusia yang mampu memproyeksikan agama di dalam
kehidupannya dengan baik dan tepat, akan dapat menjalani
kehidupan dengan baik pula.
Manusia yang memiliki persepsi tepat dan seirama
terhadap ajaran agama yang dianutnya, maka ketika
menjalani kehidupan pun akan seirama dengan ajaran
tersebut. Ajaran agama yang tersebar di seluruh permukaan
bumi ini beragam adanya. Namun demikian, manusia
memiliki agama bukan berarti mampu pula menjalani
kehidupan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Hal
ini tergantung pada persepsinya terhadap agama.
Manusia yang memiliki persepsi tepat terhadap suatu
agama, ia akan dengan tepat pula menjalankan ritual
keagamaannya. Namun, sebaliknya, jika manusia tidak
dapat menempatkan persepsinya pada proporsi yang tepat,
maka ia akan menyimpang. Persepsi yang menyimpang itu, terkadang
dianggap tidak menyimpang oleh manusia yang bersangkutan.
Persepsinya dianggap benar, padahal sesungguhnya tidak sesuai
dengan yang maksudkan di dalam agama yang dianutnya.
Sir James George Frazer mengatakan bahwa agama dilihatnya
sebagai sesuatu yang dipakai untuk mengambil hati atau menenangkan
kekuatan yang melebihi kekuatan manusia yang mampu mengendali-
kan kehidupan manusia.
Perilaku yang baik ada dalam ajaran agama. Tinggal manusia
memberi persepsi yang sebaik-baiknya.
Cobalah kamu jelaskan perilaku beragama yang baik menurut pendapat
kamu! Berilah contoh sebanyak mungkin!
F. Perilaku Religi yang Merugikan
Manusia di dalam menjalankan kehidupannya, terkadang tidak
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Untuk membuat tenang
hatinya, ada pula jalan yang diambil tidak baik.
Sumber:
www.langsing.net
Gambar 2.10
Salah satu contoh religi pada masyarakat.
48
ANTROPOLOGI Kelas XII
Perilaku tidak baik dapat ditemukan pada kelompok orang yang bekerja
dengan
magi.
Dikutip dari
Havilland
,
magi
adalah suatu usaha yang
digunakan untuk memanipulasi hukum-hukum alam
tertentu
Frazer mengatakan bahwa ada dua magi yang penting.
a. Magi simpatetis
b. Magi senggol (
contagious magis
)
Dikutip dari Havilland, Frazer mengatakan bahwa
Magi
Simpatetis
adalah magi berdasarkan prinsip bahwa
persamaan menimbulkan persamaan. Contoh magi
simpatetis adalah sebagai berikut.
Seorang pemuda akan pergi ke tukang sihir untuk
memesan boneka yang dibuat mirip dengan pemudi yang
menolak cintanya itu. Jika boneka tersebut dimasukkan ke
dalam air dan diguna-gunai, maka pemudi tersebut dapat
menjadi gila. Pemudi tersebut mengalami nasib yang sama
dengan boneka tiruannya tersebut. Itu yang dimaksud
dengan
Magi Simpatetis
.
Sementara itu
Magi Senggol
(
contagious magis
) adalah
magi yang berdasarkan pada prinsip bahwa barang yang
pernah bersentuhan dapat saling memengaruhi setelah
terpisah.
Dari pengalaman ”menggelitik tradisi” yang dilakukan Toto Amsar bersama
Studio Tari STSI Bandung dalam koridor ”preservasi” tidak berarti kritik
terhadap tradisi/mengkritisi tradisi menjadi mutlak tidak perlu dilakukan.
Dengan kata lain, biarlah persoalan kritik/mengkritisi tradisi secara langsung
dilakukan oleh masyarakat penyangganya. Sebagaimana yang terjadi pada
upacara desa “Ngarot” di Lelea Indramayu. Masyarakat Lelea menolak
dengan keras dihadirkannya dalang topeng perempuan, semata-mata
bukan karena tidak biasa. Namun, ada atmosfer imaji dalam ritus
kepercayaan masyarakat Lelea yang hilang, yaitu nilai ritus magi simpatetis
(upacara kesuburan) yang tercermin dalam hubungan di antara dalang
topeng (laki-laki) dengan para kasinoman (remaja putri), dan para
kasinoman remaja putra dengan ronggeng (perempuan) dalam ronggeng
ketuk. Di sini, tradisi memberi nilai/ajaran tentang alam sepasang, bumi-
langit, siang-malam, dan lanang-wadhon yang masih tetap dipertahankan
dalam keseimbangannya oleh masyarakat desa Lelea, Indramayu.
Sumber:
www.pikiran-rakyat.com/cetak
Contoh
Magi Senggol
(
contagious magis
) adalah sebagai berikut.
Rambut, gigi, dan kuku jika jatuh ke tangan musuh akan dapat mudah
diguna-guna karena rambut, gigi, dan kuku adalah bagian di tubuh
yang sering bersenggolan dengan badannya.
Beberapa hal tersebut adalah sebagian contoh perilaku yang
merugikan. Perilaku religi lain yang merugikan adalah sihir dan santet.
Dikutip dari Havilland,
sihir
adalah pada sementara suku kemampuan
Sumber:
Michael R. Dove, Peranan Kebudayaan Tradisionial In-
donesia dalam Modernisasi, halaman 4
Gambar 2.11
Seorang dukun
49
Agama dan Perilaku Keagamaan
bawaan yang tidak disadari untuk berbuat jahat, namun berbeda
dengan santet, mengadakan pertemuan pada malam hari, menjalankan
kanibalisme, dan membunuh orang dari jarak jauh dengan tujuan untuk
menyalurkan kegelisahan, ketegangan, dan frustrasi, serta perebutan
kekuasaan politik.
Sementara itu,
santet
(
sorcery
)
adalah perbuatan sengaja diadakan
oleh manusia untuk berbuat jahat dengan tujuan khusus dengan cara
menenung korbannya dengan menggunakan kuku, rambut, atau
pakaian bekas, memasukkan gigi mayat ke dalam tubuh korban.
Sihir dan santet dapat diketahui melalui
nujum (
divination
).
Nujum (
divination
)
adalah prosedur magi yang dapat menentukan
sebab sesuatu peristiwa khusus, seperti penyakit atau meramalkan
sesuatu yang akan terjadi
.
Dicky Zaenal Arifin, guru utama “Hikmatul Iman” yang telah mengakrabi
alam gaib sejak kecil menyataan kejadian tersebut bisa saja terjadi.
Perbuatan magis seperti santet, teluh, sihir, dan guna-guna adalah realitas
sosial secara empiris yang keberadaannya diakui oleh sebagian
masyarakat.
Bahkan, di banyak negara seperti di Benua Afrika dikenal dengan
“The Spirit of African” . Di Haiti dikenal dengan “Voodoo”. Ada pandangan
perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang menakutkan dan jahat.
Oleh karena itu, sekaligus dapat digunakan untuk mencari keuntungan
oleh anggota masyarakat untuk menangkal perbuatan magis itu dan atau
untuk melakukan perbuatan magis tersebut terhadap masyarakat yang
percaya terhadap adanya kekuatan magis.
. . .
Pada dasarnya ilmu santet adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
memasukkan benda atau sesuatu ke tubuh orang lain dengan tujuan
menyakiti. Benda ini bisa saja misalnya sebuah paku atau seekor binatang
berbisa yang dikirim secara gaib untuk dimasukkan ke tubuh seseorang
dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Walaupun proses santet yang gaib ini sulit dimengerti secara ilmu
pengetahuan, tapi secara logis santet dapat dimengerti sebagai proses
dematerialisasi. Pada saat santet akan dikirim, benda-benda seperti paku,
jarum, beling, ataupun binatang berbisa ini diubah dari materi menjadi
energi. Kemudian dalam bentuk energi, benda ini dikirim menuju sasaran.
Setelah tepat mengenai sasaran, energi ini diubah kembali menjadi materi.
Sehingga apa-apa yang tadi dikirim, misalnya beling dan binatang berbisa
akan masuk ke tubuh seseorang yang merupakan sasaran santet.
Selanjutnya secara otomatis benda-benda yang tadi dimasukkan melalui
santet ini akan menimbulkan kesakitan pada tubuh orang yang disantet.
Ada dua jenis santet menilik jenis kekuatan yang dijadikan sumber
kekuatannya. Pertama, adalah santet yang dalam prosesnya memanfaatkan
kekuatan makhluk gaib seperti jin, setan, dan makhluk gaib lainnya. Dalam
pelaksanaannya, pelaku santet akan bekerja sama dengan makhluk gaib
sebagai media pengiriman santet.
Untuk mengajak si makhluk gaib untuk dijadikan ”kurir” ini tentu saja
pelaku santet harus memberikan imbalan sesuai yang diminta sang kurir.
Imbalan bisa berupa sesaji khusus yang diperuntukkan makhluk gaib
sebagai makanan untuknya.
Sumber:
www.pikiran-rakyat.com/cetak
50
ANTROPOLOGI Kelas XII
G.
Agama dan Religi pada Suku Bangsa di
Indonesia
Indonesia memiliki keranekaragaman suku bangsa yang tiada
bandingannya di dunia. Masing-masing suku bangsa memiliki ragam
budaya dan upacara yang telah mengakar dalam masyarakat yang
bersangkutan sejak ribuan tahun yang silam. Dari serangkaian penemu-
an prasejarah yang ada di berbagai tempat, kita bisa membuktikan
bahwa manusia prasejarah pun telah mengenal beragam bentuk religi
atau upacara keagamaan. Di berbagai daerah ditemukan benda-benda
prasejarah dari zaman megalitikum yang bisa menunjukkan kepada
kita bagaimana upacara tersebut dilaksanakan.
Dalam perkembangannya, pelaksanaan upacara dan religi tersebut
masih dilanjutkan oleh berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia.
Serangkaian ritual dan upacara dilaksanakan dalam berbagai tahap
kehidupan manusia, mulai dari kelahiran hingga kematian. Menurut
kepercayaan primitif, mereka percaya adanya roh nenek moyang. Oleh
karena itu, mereka mengadakan serangkaian upacara tertentu dengan
sesaji dan menaati peraturan atau norma yang berkaitan dengan
upacara tersebut. Seperti halnya yang dilakukan oleh suku bangsa
Dayak, mereka mengenal adanya
hatallah
atau
mahatara
yaitu
pembentuk dunia manusia dan manusia. Dengan melakukan aktivitas
tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa suku bangsa primitif pun
telah memiliki agama dan kepercayaan.
Apa saja macam kepercayaan yang ada di Indonesia? Untuk lebih
jelasnya, bisa kamu baca pada deskripsi berikut ini.
Manusia primitif sering melihat kejadian yang luar biasa, sehingga
menganggapnya mempunyai kekuatan gaib. Karena memiliki kekuatan
gaib, maka peristiwa itu bisa memengaruhi manusia dan alam sekitar-
nya. Dalam istilah etnologi, kekuatan tersebut disebut dengan
mana
(berasal dari bahasa Sanskerta). Dalam bahasa Jawa, kekuatan gaib
yang dimiliki manusia biasa disebut dengan
kasekten
(berasal dari
Sanskerta
cakti
yang berarti kekuatan). Suku bangsa Mentawai menge-
nal
kere
, yaitu manusia yang memiliki
mana
. Setiap manusia dianggap
memiliki
mana
, hanya saja tingkatannya bermacam-macam. Yang
dianggap memiliki
mana
lebih adalah para dukun dan pemimpin adat.
Dalam perkembangannya, kepercayaan itu juga dianut oleh orang-
orang pada masa berikutnya. Orang tidak berani menyebutkan nama
rajanya karena merupakan larangan. Kalau menyebut nama raja,
mereka yakin akan mengalami musibah atau malapetaka. Oleh karena
itu, mereka menyebut raja dengan ”Sri Paduka” atau kalau dalam
masyarakat Jawa raja disebut dengan ”Sampeyan Dalem”. Menyebut
nama raja merupakan larangan atau
tabu
(
tabu
berasal dari bahasa
Polinesia, sedangkan dalam bahasa Sunda disebut
pamali
, dalam
bahasa Badui disebut
buyut
atau
pantangan
dalam bahasa Indonesia).
Cobalah kamu cari informasi mengenai santet. Amati pula adakah peristiwa
santet di lingkungan sekitarmu? Jelaskanlah di muka kelas.
51
Agama dan Perilaku Keagamaan
Salah satu bentuk dinamisme yang biasa dijalankan oleh
masyarakat primitif adalah
magi
, yaitu menjalankan aktivitas dengan
menggunakan kekuatan alam atau benda yang ber-
mana
. Ada beberapa
bentuk magi, antara lain sebagai berikut.
Pertama
, magi imitatif. Magi
jenis ini berdasarkan perbuatan tiruan. Fenomena alam diyakini bisa
dipengaruhi dengan perbuatan-perbuatan yang menyerupai keadaan
yang sebenarnya. Misalnya, untuk bisa mendatangkan hujan, maka
orang akan membuat asap supaya membentuk mega. Atau agar bisa
membunuh musuhnya, manusia membuat orang-orangan kemudian
ditusuk atau dipukul.
Kedua
, magi analogi. Magi ini memengaruhi
alam dengan perbuatan yang bisa menyebabkan suasana atau keadaan
yang sebenarnya. Misalnya untuk memudahkan atau mempercepat
kelahiran pada ibu yang sudah hamil tua, maka semua benda yang
terbuka atau terikat harus dibuka.
Ketiga
, magi bahasa. Magi ini menggunakan bahasa untuk bisa
memengaruhi keadaan. Misalnya, untuk mempercepat perkawinan,
di tanah Melayu diadakan upacara berpantun. Komunikasi antara
kedua belah pihak dianggap bisa menyebabkan menyebabkan
munculnya kekuatan gaib. Pantun yang dibacakan biasanya berisikan
pantun asmara atau petuah-petual orang tua.
Animisme berasal dari kata
anima
yang berarti nafas atau nyawa.
Menurut E.B. Tylor, animisme adalah bentuk agama yang tertua. Ada
beberapa macam kepercayaan pada bangsa primitif di Indonesia.
Misalnya kepercayaan terhadap kekuatan yang dimiliki manusia baik
yang telah meninggal atau yang masih hidup dan kepercayaan terhadap
segala benda yang ada di sekitarnya.
a. Ruwatan pada Masyarakat Jawa
Ruwatan adalah upacara pengusiran roh yang berlaku pada
suku bangsa Jawa. Tujuannya untuk membebaskan korban atau
calon korban agar tidak dimangsa Batara Kala. Pelaksanaan ritual
ini didasarkan pada lakon wayang
Murwakala
, sebuah naskah lama
yang diambil dari kitab
Tantu Panggelaran
pada akhir abad XV.
Orang atau anak yang diancam Batara Kala memiliki ciri-ciri
tertentu. Biasanya anak yang menempati posisi khusus dalam
sebuah keluarga. Misalnya, anak tunggal, anak kandung lima
sampai enam bersaudara atau yang dikenal dengan
sendang kapit pancuran
(anak perempuan di antara dua
anak laki-laki dalam satu keluarga)
, pancuran kapit
sendang
(anak laki-laki di antara dua anak perempuan),
dan lain-lain. Anak-anak itu dalam budaya Jawa dikenal
sebagai anak
sukerta
.
Upacara pengusiran roh jahat bisa dilakukan
dengan menggelar wayang kulit dengan tema
Murwakala. Untuk melaksanakan upacara Murwakala,
diperlukan persiapan yang matang agar terhindar dari
segala pengganggu. Religi itu merupakan sesuatu yang
suci, sehingga diperlukan sesajen untuk disajikan
kepada para dewa dan
danyang
penunggu tempat-
tempat tertentu.
Tokoh wayang yang akan digunakan dihias secara
khusus dengan dilengkapi air suci dan kemenyan.
Tokoh wayang yang dipilih biasanya putera dan puteri
Arjuna atau Bima, misalnya Wisanggeni. Selama
Sumber:
Profil Propinsi Yogyakarta, halaman 112-113
Gambar 2.12
Wayang kulit
52
ANTROPOLOGI Kelas XII
pergelaran wayang Murwakala, batas antara dunia mistis dengan
dunia nyata terhapus. Keluarga yang memiliki anak
sukerto
juga
ikut menyatu dalam mitos.
b. Owasa pada Masyarakat Nias
Owasa adalah perayaan keselamatan yang dilaksanakan oleh
bangsawan Nias. Status bangsawan Nias biasanya ditentukan oleh
emas permata yang dimilikinya. Untuk menahbiskan ke-
dudukannya, bangsawan harus mengumpulkan babi dan
menyembelihnya. Setelah menyelenggarakan upacara
owasa
,
bangsawan akan memperoleh gelar baru dengan hak-hak istimewa.
Gelar itu dalam masyarakat Nias disebut
si’ulu
.
Dalam perayaan itu, setiap orang akan saling mengalahkan
dalam hal menyediakan hewan babi. Semakin banyak babi yang
ia sediakan, semakin tinggi pula kedudukan dan martabat yang
akan ia peroleh. Selanjutnya, daging babi yang telah disembelih
itu dibagikan kepada masyarakat sesuai dengan tingkat dan
golongannya. Semakin banyak yang ia bagikan semakin terhormat
pula ia di mata masyarakat.
c. Puliaijat pada Masyarakat Siberut
Masyarakat Siberut memiliki kepercayaan bahwa setiap benda,
baik berbentuk manusia, hewan, tumbuhan atau benda lainnya,
mempunyai jiwa (dalam bahasa setempat disebut dengan
simarege
). Mereka percaya bahwa benda-benda itu memiliki
kegunaan sendiri-sendiri dan harus digunakan sesuai dengan
fungsinya. Oleh karena itu, segala ketentuan yang berkaitan dengan
benda tersebut harus dipatuhi. Apabila manusia melanggar
ketentuan tersebut, kekuatan gaib yang ada pada benda tersebut
(dalam bahasa setempat disebut
bajou
) akan bangkit. Kekuatan
yang bangkit inilah yang akan menyebabkan penderitaan (sakit,
mati, dan lain-lain) pada manusia.
Oleh karena itu, mereka menyelenggarakan upacara yang
berfungsi memanggil semua kekuatan yang baik dan mengusir
segala kekuatan yang jahat. Untuk bisa melakukan upacara ini,
masyarakat perlu bantuan para dukun. Upacara ini dalam
kebudayaan setempat dikenal dengan
puliaijat
. Saat pelaksanaan
upacara ini, masyarakat Siberut menghentikan seluruh aktivitas
kehidupannya. Mereka mempersiapkan sebuah jamuan untuk diri
dan jiwa mereka. Mereka mengundang roh leluhur sebagai tamu,
meminta perlindungannya, dan menikmati pesat bersama.
Sumber:
Indonesian Heritage: Agama dan Upacara, halaman 73
Gambar 2.13
Perayaan Puliajiat suku Siberut.
53
Agama dan Perilaku Keagamaan
Perayaan
puliaijat
dalam masyarakat Siberut terbagi menjadi
beberapa tahap. Antara lain sebagai berikut.
1) Daging babi dibagi-bagikan pada suatu pesta besar keagamaan
oleh para penghuni
uma
(rumah).
2) Pemimpin upacara memukulkan pelepah daun aren pada awal
upacara, sebagai tanda kesatuan uma.
3) Seluruh peserta upacara berhias dengan menggunakan janur.
4) Para dukun mengusir kekuatan jahat dari dalam uma.
5) Para dukun mengundang arwah leluhur untuk bergabung
dengan yang masih hidup.
Pada akhir upacara, mereka meminta berkah kepada para roh
leluhur agar diberi kemudahan dalam berburu di tengah hutan.
Karena mereka yakin bahwa keberhasilannya dalam berburu sangat
ditentukan oleh kemurahan para roh tersebut.
Religi Bercocok Tanam Orang Bukit
Orang Bukit adalah masyarakat yang tinggal di kawasan hutan lindung
Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Mereka tinggal secara
tradisional dalam kampung dan anak kampung yang saling berjauhan.
Orang Bukit meyakini bahwa kampung mereka (
banua
) dijaga oleh
Siasia
Banua
, yakni roh nenek moyang yang pertama kali mendirikan kampung
tersebut. Diyakini pula bahwa roh inilah yang memelihara air, tanah, kebun,
dan hutan.
Agama tradisional Orang Bukit disebut agama
Balian
atau
Kaharingan
.
Menurut Orang Bukit, sistem bercocok tanam (perladangan berpindah dan
menanam padi) bagi Orang Bukit lebih tinggi derajatnya dibandingkan
dengan pekerjaan lainnya. Berladang menanam padi (bahuma) diyakini
sebagai pekerjaan
Orang Langit
, sebaliknya pekerjaan lain tersebut sebagai
pekerjaan
Orang Bumi
.
Kedudukan perladangan berpindah bagi Orang Bukit sangat tinggi.
Oleh karena itu, mereka mengenal religi bercocok tanam. Adapun tahap
dalam religi atau upacara-upacara perladangan Orang Bukit antara lain
sebagai berikut.
a. Mencari ladang
Apabila ingin mencari ladang, Orang Bukit harus melapor dulu pada
kepala padang. Apabila sudah ditemukan, dilakukan upacara puja puji
bagi arwah nenek moyang (
Pidara Datu Nini
), penguasa hutan, atau
roh yang ada pada calon ladang yang dipimpin oleh balian atau dukun.
b. Memuja Tampa
Saat membuat atau mempertajam kembali peralatan pertanian utama,
yaitu parang dan belayung, si pandai besi mengucapkan puja-puja
bagi Pidara Datu Nini.
c. Batilah
Batilah dilaksanakan di lahan baru maupun bekas ladang, agar tidak
membawa mudarat bagi umbun yang bersangkutan.
d. Katuan atau Merendahkan Balai Diyang Sanyawa
Katuan dilaksanakan untuk memuja roh (Diyang Sanyawa) yang
menguasai kawasan itu. Biasanya dilaksanakan di bawah pohon
terbesar atau tertinggi yang dianggap tempat tinggalnya (dinamakan
Balai Diyang Sanyawa). Upacara ini menandai berakhirnya persiapan
ladang.
54
ANTROPOLOGI Kelas XII
e. Bamula
Inilah saat penanaman padi setelah daun-daun dan ranting sudah
dibakar habis dan sudah dibersihkan. Penanaman padi bagi Orang
Bukit juga digambarkan sebagai ”mengantar diyang berlayar” atau
”mengantar diyang mencari jodoh”. Usai upacara, dilanjutkan dengan
penanaman padi ke seluruh ladang.
f. Basambu Umang
Upacara ini dimaksudkan untuk merawat padi, agar padi tumbuh subur,
baik, dan berisi.
g. Manyindat Padi
Upacara mengikat rumpun dan tangkai padi sebagai tanda awal
menuai padi. Upacara ini bermakna persiapan menjemput diyang.
h. Manatapakan Tihang Babuah
Karena padi semakin berat berisi perlu dijaga agar tidak roboh,
sehingga perlu melaksanakan upacara. Dalam rangka upacara ini
terdapat 5-7 hari masa berpantang. Biasanya masa ini diisi dengan
membuat bakul pengangkut padi dan memperbaiki atau membuat
lumbung.
i. Bawanang
Upacara ini dilaksanakan untuk mendapatkan
kawanangan
(kebebas-
an dari pantangan atau pemali) padi yang baru dituai. Hanya padi
yang sudah wanang yang boleh ditumbuk menjadi beras, ditanak atau
ditukar dengan benda keperluan hidup lainnya.
j. Mamisit Padi
Mamisit Padi meliputi memasukkan ke dalam lumbung. Orang Bukit
menyebutnya dengan ungkapan ”menaikkan diyang ke dalam balai
peristirahatan”.
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu sering melihat perilaku keagamaan
yang dijalankan oleh masyarakat. Coba identifikasi dan catatlah dalam
bukumu. Hasilnya bacakan di depan kelas.
Sejak zaman prasejarah bangsa Indonesia telah mengenal religi dan
agama. Religi dan agama berkembang di dalam masyarakat dari waktu ke
waktu. Salah satu contoh religi dan agama yang ada di masyarakat dan
diduga merupakan peninggalan agama-agama tradisional adalah animisme
dan dinamisme.
Itulah beberapa contoh perilaku keagamaan yang ada di berbagai
suku bangsa di Indonesia. Perilaku keagamaan di atas masih banyak
diwarnai oleh peninggalan budaya Austronesia. Kamu tentu bisa
menunjukkan perilaku yang lain. Kamu bisa mencari perilaku
keagamaan yang dijalankan para pemeluk agama yang ada di sekitar
tempat tinggalmu.
55
Agama dan Perilaku Keagamaan
Hingga kini masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia masih
tetap memiliki religi dan agama. Selain berasal dari agama-agama
tradisional religi dan agama itu berasal dari pengaruh agama-agama besar,
seperti Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Katolik. Agama dan religi itu
perlu dikembangkan sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan
hidupnya. Dengan begitu, kelangsungan religi dan agama bisa tetap terjaga.
Saat kita sedang tertimpa musibah, kadang-kadang kita baru ingat
kepada Yang Maha Kuasa. Pengalaman batin yang dialami oleh manusia
bisa menimbulkan perasaan keagamaan untuk meyakini adanya kekuatan
di atas manusia.
Pengalaman keagamaan ini akan menuntun gerak hidup manusia
untuk senantiasa mengakui dan meyakini adanya kekuatan supranatural.
Belajar dari pengalaman keagamaan beragam suku bangsa yang ada di
Indonesia, kita menjadi tahu bahwa sejak zaman prasejarah mereka telah
memiliki agama dan religi. Lalu, mengapa kita yang telah mengaku sebagai
manusia beradab bisa melupakan keberadaan-Nya?
Agama
adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkung-
annya.
Animisme
adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda
(pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya).
Profan
adalah tidak bersangkutan dengan agama atau tujuan keagamaan;
lawan sakral.
Religi
adalah kepercayaan kepada Tuhan; kepercayaan akan adanya
kekuatan adikodrati di atas manusia; kepercayaan (animisme,
dinamisme).
Sangga
adalah majelis biksu Buddha yang keanggotaannya dapat dari
segala kasta; merupakan tiga pokok keimanan dalam agama
Buddha.
Sihir
adalah perbuatan yang ajaib yang dilakukan dengan pesona dan
kekuatan gaib.
56
ANTROPOLOGI Kelas XII
A.
Jawablah pertanyaan dengan tepat!
1. Jelaskan pengertian tentang konsep agama dan religi!
2. Sebutkan ciri-ciri perbedaan agama wahyu dan agama bumi!
3. Jelaskan fungsi agama bagi dirimu sendiri!
4. Sebut dan jelaskan perilaku agama yang baik dan buruk!
5. Jelaskan perilaku agama yang ada di dalam suku bangsamu!
6. Sebutkan contoh-contoh istilah yang sering muncul dalam
religi!
7. Apakah sebab-sebab manusia memiliki sifat religi?
8. Bagaimana inti dari teori elementer yang dikemukakan
E. Durkheim?
9. Apakah yang kamu ketahui tentang Welu telu?
10. Apakah yang dimaksud dengan nujum?
B.
Belajar dari masalah.
Melalui tayangan acara televisi, kita sering melihat film yang
bertemakan alam gaib. Misalnya Nyi Rara Kidul, Nyi Blorong,
Sundel Bolong, Dukun Teluh, dan lain-lain. Dengan melihat
rating
acara tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa masyarakat masih
menyukai film-film bertemakan alam gaib, makhluk halus, sihir,
teluh, santet, dan lain-lain. Setelah mempelajari bab ini, jelaskan
fenomena tersebut!
57
Latihan Ulangan Semester
A.
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Bangsa Yunan disebut juga bangsa Proto
Melayu yang menurunkan suku bangsa
. . . .
a. Nias
b. Jawa
c. Sunda
d. Madura
e. Minangkabau
2. Mengamati secara langsung di lapangan
dengan menggunakan alat indra kemu-
dian mencatat gejala-gejala yang terjadi
pada objek penelitian disebut . . . .
a. eksperimen
b. observasi
c. wawancara
d. penelitian
e. uji coba
3. Paleoantropologi adalah ilmu yang mem-
bahas tentang . . . .
a. penemuan fosil-fosil manusia purba
b. penemuan artefak manusia purba
c. ciri-ciri fisik manusia purba
d. makhluk masa lampau yang menye-
rupai manusia
e. terjadinya evolusi manusia
4. Cabang ilmu yang termasuk dalam ke-
lompok antropologi budaya adalah . . . .
a. Paleoantropologi, prehistori, dan
somatologi
b. arkeologi, linguistik, dan antropologi
sosial
c. somatologi, prehistori, dan etno-
linguistik
d. linguistik, arkeologi, dan paleo-
antropologi
e. antropologi, sosial, somatologi, dan
arkeologi
5. Di bawah ini merupakan contoh kebu-
dayaan yang tidak sesuai dengan kepri-
badian bangsa Indonesia,
kecuali
. . . .
a. individualisme
b. konsumerisme
c. sekularisme
d. aborsi
e. toleransi
6. Berikut ini yang
bukan
termasuk isi
utama budaya adalah . . . .
a. bahasa
b. persepsi
c. pengetahuan
d. pandangan hidup
e. etos kebudayaan
7. Pada umumnya, pewarisan budaya
terjadi untuk pertama kalinya di ling-
kungan . . . .
a. sekolah
b. keluarga
c. masyarakat
d. lembaga sosial
e. lembaga pemerintah
8. Salah satu faktor utama yang mendukung
keberhasilan pembangunan nasional
adalah . . . .
a. jumlah penduduk yang besar
b. letak geografis yang strategis
c. sumber daya alam yang berlimpah
d. tersedianya modal yang banyak
e. partisipasi seluruh warga masyarakat
9. Di bawah ini yang
bukan
termasuk seni
verbal adalah . . . .
a. cerita
b. puisi
c. peribahasa
d. patung
e. drama
10. Memberi pelajaran moral, meningkatkan
rasa bangga terhadap suku bangsa atau
moyangnya merupakan fungsi . . . .
a. mitos
b. legenda
c. epik
d. dongeng
e. folklor
11. Cerita yang bersifat semihistoris
mengenai pahlawan, terciptanya adat,
perpindahan penduduk, dan selalu berisi
percampuran antara fakta dan supra-
natural disebut dengan . . . .
a. legenda
b. mitos
c. epik
d. dongeng
e. folklor
58
ANTROPOLOGI Kelas XII
12. Cerita lisan yang panjang, kadang-kadang
dalam bentuk puisi atau prosa ritmis
yang menceritakan perbuatan-perbuatan
besar dalam kehidupan orang yang
sebenarnya atau yang ada dalam legenda
disebut dengan . . . .
a. legenda
b. mitos
c. epik
d. dongeng
e. folklor
13. Cabang ilmu khusus dalam antropologi
yang mempelajari musik adalah . . . .
a. paleoantropologi
b. etnomusikologi
c. epistemologi
d. etnologi
e. ritme
14.
Sebelum pertunjukan wayang, biasanya
dilakukan sesaji atau ritual tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa seni tradisi-
onal memiliki fungsi . . . .
a. hiburan
b. pendidikan
c. penerangan
d. ritual
e. kritik sosial
15. Salah satu pendukung berkembangnya
seni kerajinan di Indonesia adalah . . . .
a. pengaruh budaya Barat
b. ketersediaan bahan mentah
c. tradisi upacara
d. perkembangan teknologi
e. kebiasaan masyarakat
16. Berikut ini yang
bukan
merupakan sifat
nyanyian adalah . . . .
a. didaktif
b. inspiratif
c. religius
d. abstraktif
e. simbolis
17. Berikut ini yang termasuk dalam seni
rupa adalah seni . . . .
a. rias
b. drama
c. sastra
d. vokal
e. instrumental
18. Menurut Freud dan Marx, agama adalah
. . . .
a. mistik
b. sejenis ritual
c. berisi firman Tuhan
d. kepercayaan kepada roh dewa
e. kepercayaan yang harus diyakini
19. Agama adalah hubungan yang tepat
dengan wilayah mistik yang terletak di
balik dan di luar kehidupan biasa.
Definisi ini dikemukakan oleh . . . .
a. Mannhardt
b. Daniel Lernen
c. Freud dan Marx
d. Edward Burnett Tylor
e. Evan Pritchard dan Geertz
20 Berikut ini yang
bukan
merupakan ciri-
ciri agama adalah . . . .
a. adanya doa
b. terdiri atas ritual
c. adanya kurban
d. adanya dewa-dewi
e. terdiri atas ajaran universal
21. Agama dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu . . . .
a. bumi dan wahyu
b. bumi dan langit
c. surga dan neraka
d. baik dan buruk
e. Hindu dan Buddha
22. Sesuatu yang datang dari Tuhan atau dari
dewa-dewa sehingga tidak dapat di-
jangkau oleh daya pikir manusia disebut
. . . .
a. agama
b. religi
c. wahyu
d. ritual
e. kepercayaan
23. Religi adalah semua gagasan yang
berkaitan dengan kenyataan yang tidak
dapat ditentukan secara empiris dan
semua gagasan tentang perbuatan yang
bersifat dugaan. Pengertian religi ini
dikemukakan oleh . . . .
a. Daniel Lernel
b. J. van Baal
c. Pritthard
d. R.M. Lowie
e. Durkheim
59
Latihan Ulangan Semester
24. Menurut E.B. Tylor, bentuk religi yang
tertua adalah . . . .
a. kepercayaan terhadap surga dan
neraka
b. penyembahan kepada roh-roh
c. totemisme
d. dinamisme
e. animisme
25. Antropologi membagi ritual menjadi dua
bagian, yaitu . . . .
a. transisi dan inkorporasi
b. peralihan dan intensifikasi
c. intensifikasi dan inkorporasi
d. diversifikasi dan intensifikasi
e. transisi dan intensifikasi
26. Ciri-ciri watak seseorang individu yang
konsisten yang memberikan kepadanya
suatu identitas sebagai individu khusus,
merupakan pengertian dari . . . .
a. watak
b. sikap
c. sifat
d. kepribadian
e. pembawaan
27. Magi adalah suatu usaha yang digunakan
untuk . . . .
a. memanipulasi hukum-hukum alam
tertentu
b. melaksanakan perintah Tuhan
c. menjalin hubungan dengan dewa
dewi
d. mengusir roh halus
e. berkomunikasi dengan roh nenek
moyang
28. Sesuatu yang memengaruhi semua hal
yang melampaui kekuasaan manusia dan
berada di luar jalur normal serta wajar
disebut . . . .
a. sihir
b. santet
c. nujum
d. mana
e. magi
29. Upacara keagamaan yang berkaitan
dengan tahap-tahap yang penting dalam
kehidupan manusia, seperti kelahiran,
perkawinan, dan kematian adalah . . . .
a. upacara peralihan
b. upacara intensifikasi
c. separasi
d. inkorporasi
e. transisi
30. Upacara keagamaan yang diadakan pada
waktu kelompok menghadapi krisis real
atau potensial adalah . . . .
a. separasi
b. inkorporasi
c. intensifikasi
d. upacara peralihan
e. upacara intensifikasi
31. Dalam upacara peralihan, penyatuan
kembali seseorang ke dalam masyarakat
menurut statusnya yang baru disebut
. . . .
a. upacara peralihan
b. upacara intensifikasi
c. separasi
d. inkorporasi
e. upacara agama
32. Suatu usaha yang digunakan untuk me-
manipulasi hukum-hukum alam tertentu
adalah . . . .
a. sihir
b. santet
c. nujum
d. magi
e. inkorporasi
33. Pada sementara suku kemampuan bawa-
an yang tidak disadari untuk berbuat
jahat, namun berbeda dengan santet,
mengadakan pertemuan pada malam
hari, menjalankan kanibalisme, dan
membunuh orang dari jarak jauh dengan
tujuan untuk menyalurkan kegelisahan,
ketegangan, dan frustasi, serta perebutan
kekuasaan politik disebut . . . .
a. sihir
b. santet
c. nujum
d. magi
e. upacara agama
34. Seorang pemuda akan pergi ke tukang
sihir untuk memesan boneka yang dibuat
mirip dengan pemudi yang menolak cin-
tanya. Jika boneka tersebut dimasukkan
ke dalam air dan diguna-gunai, maka
pemudi tersebut dapat menjadi gila.
Pemudi tersebut mengalami nasib yang
sama dengan boneka tiruannya. Itulah
yang dimaksud dengan . . . .
a. magi intensifikasi
b. magi senggol
c. magi simpatetis
d. magi nujum
e. sihir
60
ANTROPOLOGI Kelas XII
35. Rambut, gigi, dan kuku jika jatuh ke
tangan musuh akan dapat mudah diguna-
gunai karena rambut, gigi, dan kuku
adalah bagian di tubuh yang sering ber-
senggolan dengan badan. Hal ini
merupakan bagian dari magi . . . .
a. intensifikasi
b. senggol
c. simpatetis
d. nujum
e. transisi
36. Bersifat religius, namun memberi rasio
pada kepercayaan dan praktik keagama-
an. Masalah pokok yang diulas adalah
masalah kehidupan manusia, asal mula
manusia, dan makhluk hidup lain, sebab
manusia di bumi, dan tujuan akhir hidup
manusia. Hal tersebut dikenal dengan
sebutan . . . .
a. legenda
b. mitos
c. epik
d. dongeng
e. mistis
37. Ada dua magi yang penting, yaitu magi
simpatetis dan magi senggol (
contagius
magis
). Hal tersebut dikatakan oleh . . . .
a. Koentjaraningrat
b. Havilland
c. Frazer
d. Tylor
e. Y.B. Mangunwijaya
38. Guna memenuhi kebutuhan psikologi se-
bagai makhluk yang bertakwa, manusia
memiliki keterbatasan dalam berbagai
hal. Pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa agama merupakan pedoman . . . .
a.
existense
b.
confidence
c. estetika
d. perasaan kolektif
e. prinsip benar dan salah
39. Berikut ini yang termasuk dalam seni
nonverbal adalah . . . .
a. cerita
b. puisi
c. patung
d. peribahasa
e. cerita rakyat
40. Memberi hiburan dan memberi pelajaran
atau nasihat adalah fungsi dari . . . .
a. mitos
b. legenda
c. dongeng
d. epos
e. folklor
B.
Jawablah pertanyaan dengan tepat!
1. Sebutkan ciri-ciri agama!
2. Jelaskan fungsi musik dalam antropologi!
3. Apakah yang dimaksud dengan epik?
4. Sebutkan jenis-jenis seni rupa!
5. Jelaskan pengertian agama menurut Ed-
ward Burnett Tylor!
6. Sebutkan ciri-ciri agama!
7. Jelaskan pembagian agama!
8. Jelaskan fungsi agama dan religi!
9. Sebutkan aliran-aliran kepercayaan yang
berkembang di Indonesia!
10. Bagaimana perilaku religi yang baik?